Senandung Ruang UKS
Karya : Andi Akbar Muzfa
Lampu koridor menyala tak terlalu terang,
Menyorot dilema yang tak terhalang.
Di antara tumpukan buku yang terbentang,
Aku mencari jawaban yang tak kunjung datang.
Kau adalah kursi permanen di sebelahku,
Tempat berbagi catatan dan kisah pilu.
Ikatan diam yang tak pernah beku,
Menjadi alasan aku kembali ke bangku.
Namun dia adalah bayangan di ruang UKS,
Tempat rahasia kita diam-diam bersemi.
Tatapan penuh janji tanpa batas,
Membuatku lupa pada ikatan yang terjadi.
Jeda pelajaran terasa sangat mencekik,
Di mana kita harus pura-pura sibuk.
Setiap langkah terasa sangat sempit,
Menghindari pandangan yang menatap tegak.
Saat ujian fisika terasa sangat sulit,
Lebih sulit lagi memilih tanpa berdebat.
Hati bergetar, pikiran terbelit,
Menghadapi dua cinta yang sangat hebat.
Aku tahu aku telah berkhianat keji,
Mengambil risiko di usia remaja ini.
Menutup mata pada janji sejati,
Demi hasrat yang takkan terhenti.
Kisah ini adalah hukuman tanpa nilai,
Di mana tak ada pemenang yang bisa dipilih.
Semua jawaban akan berakhir gagal,
Hanya menyisakan luka yang takkan pulih.
Aku mencium aroma kapur di kelas,
Mengingatkanku pada kesalahan yang jelas.
Rasa bersalah yang takkan pernah tuntas,
Mengikuti kemana pun aku beranjak.
Saat semua teman pulang ke rumah masing-masing,
Aku masih duduk di kursi yang terasa dingin.
Menunggu waktu untuk diriku sendiri,
Menentukan akhir yang takkan kuingin.
Aku mencintai kau, juga mencintai dia,
Rasa ini terbagi, tak sanggup kubela.
Pikiran meronta, jiwa terasa hampa,
Dilema ini menuntut sebuah rupa.
Mungkin cinta di masa putih abu-abu,
Memang tak ditakdirkan untuk menyatu.
Hanya ada pelajaran yang harus kutahu,
Sebelum kita beranjak dari masa itu.
Di balik pintu loker yang tertutup rapat,
Kutinggalkan kisah yang takkan usai.
Maafkanlah aku, ku harus cepat,
Mencari kedewasaan yang takkan kucapai.
Makassar 2023
Kategori : Musikalisasi Puisi (Modern)
Kisah di Balik Puisi...
Puisi ini mengisahkan tentang cinta segitiga yang sangat rahasia dan tersembunyi, yang terjadi di tempat-tempat sunyi sekolah seperti "Ruang UKS" atau di balik "Loker." Inspirasi utama kisah ini adalah perasaan isolasi dan ketakutan konstan bahwa rahasia itu akan terbongkar. Tokoh utama merasa dikelilingi oleh "lampu koridor yang terlalu terang" (pandangan publik yang menghakimi).
Latar belakang kisah ini berpusat pada dualitas. 'Kau' adalah kehadiran yang aman dan terbuka (kursi di sebelah), sedangkan 'Dia' adalah gairah yang tersembunyi, terjadi di tempat yang sunyi dan pribadi (UKS). Konflik internal memuncak saat ujian sekolah ("ujian fisika terasa sangat sulit"), yang secara metaforis melambangkan sulitnya ujian hati yang harus dihadapi.
Inti narasi dalam puisi ini adalah rasa bersalah yang menusuk. Tokoh utama menyadari bahwa ia telah "berkhianat keji" dan konsekuensinya adalah "hukuman tanpa nilai" dan tanpa pemenang. Ia menggunakan aroma kapur untuk mengingatkannya pada kesalahan. Saat teman-teman pulang, ia memilih untuk tetap sendiri di kursi dingin, menunda keputusan.
Pesan utama kisah ini adalah mengenai cinta remaja yang tidak ditakdirkan. Tokoh utama menyimpulkan bahwa cinta di masa putih abu-abu ini mungkin hanya dimaksudkan sebagai pelajaran yang harus dipetik. Ia meninggalkan kisah ini "di balik pintu loker yang tertutup rapat," memilih untuk mengubur rahasianya demi mencari kedewasaan, meskipun itu berarti menyakiti diri sendiri.
Jumat, 12 Desember 2025
Senandung Ruang UKS
Kisah Bel Pulang Sekolah
Kisah Bel Pulang Sekolah
Karya : Andi Akbar Muzfa
Di bawah pohon beringin sekolah kita,
Cerita rahasia mulai tercipta.
Setiap pandangan membawa makna,
Membuat hatiku terasa tak berdaya.
Kau duduk diam di barisan terdepan,
Bintang kelas dengan semua kebanggaan.
Membawa damai yang penuh kepastian,
Sebuah pelabuhan yang penuh penerangan.
Namun dia berdiri di sudut kantin,
Membawa aura yang sangat ingin.
Canda tawanya membuatku tergelincir,
Mencuri semua fokusku tanpa tersingkir.
Kita berjalan bertiga saat istirahat,
Menjaga jarak yang terasa amat berat.
Senyumku hanya topeng yang tersekat,
Menghindari pandangan yang menusuk hebat.
Saat guru memanggil namaku lantang,
Aku harus memilih ke mana memandang.
Ke kanan adalah janji yang tak terhalang,
Ke kiri adalah hasrat yang terus merangsang.
Aku tahu ini adalah drama yang fatal,
Membuat hubungan kita tak lagi kekal.
Mencintai dua hati terasa brutal,
Menghancurkan diriku sampai ke akar.
Pulpen di tangan menuliskan nama,
Menimbang siapa yang harus kutinggalkan lama.
Keputusan ini sungguh menyiksa,
Sebab hati memilih keduanya sama.
Kisah kita adalah pelajaran Sejarah,
Diakhiri dengan penyesalan dan pasrah.
Tak ada remedial untuk cinta yang salah,
Hanya ada konsekuensi yang takkan mudah.
Kini lorong sekolah terasa dingin,
Di antara loker tempat kita bertukar janji.
Aku telah berkhianat, aku telah tergelincir,
Menyisakan luka yang takkan terhenti.
Aku mencintai kau, juga mencintai dia,
Rasa ini terbagi, tak sanggup kubela.
Pikiran meronta, jiwa terasa hampa,
Dilema ini menuntut sebuah rupa.
Suatu saat seragam ini kan kulepas,
Dan kenangan ini akan memudar cepat.
Semoga luka ini bisa terbalas,
Menjadi kisah yang takkan terlambat.
Bel pulang berbunyi, aku harus pergi,
Memilih satu, melepaskan yang lain.
Maafkanlah aku, ku telah menyakiti,
Sebuah akhir yang takkan kuingin.
Makassar 2023
Kategori : Musikalisasi Puisi (Modern)
Kisah di Balik Puisi...
Puisi ini mengisahkan tentang konflik batin seorang pelajar SMA yang terjebak di antara kewajiban (yang diwakili oleh 'Kau,' si 'Bintang kelas' yang membawa damai) dan hasrat yang membara (yang diwakili oleh 'Dia,' yang membawa aura 'bahaya' dari sudut kantin). Inspirasi utama kisah ini adalah perbedaan kontras antara keamanan janji lama dan kegembiraan risiko baru.
Latar belakang kisah ini adalah perjuangan antara Logika dan Emosi. Tokoh utama merasa segala hal yang terjadi di sekolah, dari "barisan terdepan" hingga "sudut kantin," menjadi medan pertempuran. Klimaks muncul saat bel pulang berbunyi, yang seharusnya menjadi kelegaan, justru menjadi "berat" karena ia harus menghadapi hasil dari dilemanya. Ia harus memilih antara "janji yang tak terhalang" (kanan) dan "hasrat yang terus merangsang" (kiri).
Inti narasi dalam puisi ini adalah penyesalan yang mendalam. Tokoh utama merasa ia telah melakukan "drama yang fatal," mengubah kisah indah menjadi "pelajaran Sejarah" yang berakhir pahit. Meskipun memilih janji lama, ia tahu ia telah menjadi "pengkhianat" bagi dirinya sendiri dan bagi pihak ketiga.
Pesan utama kisah ini adalah mengenai pilihan yang harus ditepati meskipun menyakitkan. Tokoh utama sadar bahwa ia telah merusak hatinya sendiri ("tidak ada remedial untuk cinta yang salah"), dan ia harus menjalani konsekuensi dari keputusannya, berharap luka ini akan memudar saat ia melepaskan "seragam" itu.
Di Balik Seragam Putih
Di Balik Seragam Putih
Karya : Andi Akbar Muzfa
Seragam putih menjadi saksi bisu,
Kisah rahasia tersembunyi di balik buku.
Di koridor sepi ku bertemu dirimu,
Menambah beban hati yang tak kutuju.
Kau adalah bangku di kelas yang sama,
Tempat janji dan mimpi kita utama.
Ikatan OSIS yang takkan terlupa,
Menjadi alasanku untuk percaya.
Namun dia adalah senja di lapangan basket,
Membawa getar yang membuatku terkejut.
Hasrat yang hadir tanpa dijemput,
Mengguncang janji yang telah kuucap.
Bisikan teman menyebar jadi lara,
Wajah kita harus selalu pura-pura.
Takut pandangan guru di bawah bendera,
Menjalani cinta di tengah suasana.
Jantung berdetak saat bel pulang berbunyi,
Saat ku harus memilih tempat berdiri.
Satu sisi adalah rasa sejati,
Satu sisi adalah hasrat yang takkan mati.
Seragammu harum mawar di jendela,
Seragamnya bau hujan di mana-mana.
Dua aroma yang takkan pernah bisa,
Bersatu dalam satu suasana.
Kupegang erat pulpen dan kertas putih,
Menuliskan nama kalian penuh letih.
Rasa bersalah yang datang takkan pulih,
Menjadi pengkhianat di usia belia ini.
Kita sering tertawa di kantin sekolah,
Membagi bekal tanpa ada lelah.
Namun di hati ada luka yang merekah,
Membuat setiap langkah terasa salah.
Hubungan ini adalah mata pelajaran sulit,
Membutuhkan rumus agar ia pulih.
Namun kunci jawabannya terasa rumit,
Membuat hatiku semakin menjerit.
Aku mencintai kau, juga mencintai dia,
Rasa ini terbagi, tak sanggup kubela.
Pikiran meronta, jiwa terasa hampa,
Dilema ini menuntut sebuah rupa.
Suatu saat kisah ini kan jadi kenangan,
Saat kita dewasa penuh pemahaman.
Luka di hati hanyalah bagian,
Dari proses menuju kedewasaan.
Sekarang waktu memilih harus tiba,
Mengambil keputusan tanpa ada rupa.
Pergilah, semoga kau segera bahagia,
Aku bertahan dengan sisa cinta.
Makassar 2023
Kategori : Musikalisasi Puisi (Modern)
Kisah di Balik Puisi...
Puisi ini mengisahkan tentang cinta segitiga yang terjadi secara diam-diam di lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA). Inspirasi utama kisah ini adalah perasaan konstan diawasi dan terpaksa menyembunyikan emosi di balik seragam dan tawa. Tokoh utama terikat oleh komitmen lama dengan 'Kau' (yang berbagi bangku dan kegiatan OSIS), tetapi tergoda oleh hasrat baru yang dibawa oleh 'Dia' (yang muncul di lapangan basket).
Latar belakang kisah ini adalah tekanan ganda yang dihadapi remaja. Konflik bukan hanya internal, tetapi juga eksternal; ada rasa takut pada "pandangan guru di bawah bendera" dan "bisikan teman" yang bisa menghancurkan reputasi. Klimaks emosional terjadi saat bel pulang berbunyi, waktu yang seharusnya bebas, justru menjadi saat paling mencekik karena tokoh harus memilih ke mana ia harus melangkah.
Inti narasi dalam puisi ini adalah penyesalan di usia belia. Tokoh utama merasa "berkhianat" saat ia harus menuliskan nama kedua orang itu di kertas, menyadari bahwa ia telah merusak sesuatu yang murni. Ia menggunakan metafora sekolah ("mata pelajaran sulit") untuk menggambarkan betapa rumitnya memecahkan masalah hati ini.
Pesan utama kisah ini adalah mengenai cinta di masa remaja yang penuh risiko dan konsekuensi. Tokoh utama pada akhirnya memilih untuk mengambil keputusan, menerima bahwa luka ini hanyalah bagian dari "proses menuju kedewasaan," meskipun akhir kisah ini harus ditutup dengan perpisahan dan rasa sakit.
Janji di Dua Pelabuhan
Janji di Dua Pelabuhan
Karya : Andi Akbar Muzfa
Kapal jiwaku berlayar tanpa arah,
Terombang-ambing di lautan yang payah.
Dua pelabuhan memanggil penuh pasrah,
Menuntut sebuah keputusan yang susah.
Kau adalah pelabuhan yang telah tersemat,
Sauh janji kita telah mengikat.
Tempat kapal berlabuh sejak saat,
Ikatan masa lalu yang takkan terjerat.
Namun dia adalah layar yang baru kubentang,
Membawa angin hasrat yang sangat tegang.
Menjanjikan petualangan yang benderang,
Menggoda kapal tuk segera berlayar pulang.
Air mata tumpah di atas peta usang,
Ku ukur kembali jarak yang takkan mungkin.
Hati terbagi, rindu terus memanggang,
Membuat semua terasa sangat dingin.
Aku tak sanggup memotong tali sauh,
Meninggalkan pelabuhan yang telah kujanji.
Meskipun hatiku menjerit penuh keluh,
Beban sumpah setia harus kudapati.
Maka maafkanlah semua dusta yang kuucap,
Saat kubiarkan hatimu tersentuh.
Aku telah berlayar terlalu cepat,
Kini perahu harus kembali berlabuh.
Tinggalkan pelabuhan ini tanpa suara,
Pergilah, jangan lagi menoleh ke belakang.
Aku adalah kisah yang penuh lara,
Sebuah kapal yang tak boleh kau pegang.
Dilema ini adalah badai yang melanda,
Memaksa kapal memilih untuk diam.
Di tengah laut, hanya ada jeda,
Menanti pagi yang semakin kelam.
Aku kembali pada sauh yang membelenggu,
Menatap ombak yang terus memburu.
Menjalani takdir tanpa adanya rindu,
Memastikan janji harus kutebus.
Kapal jiwaku berlayar tanpa arah,
Terombang-ambing di lautan yang payah.
Dua pelabuhan memanggil penuh pasrah,
Menuntut sebuah keputusan yang susah.
Semoga kau temukan dermaga baru,
Yang sungguh pantas untuk kau tinggali.
Aku hanya lumpur yang takkan membeku,
Yang merusak air di sepanjang hari.
Perahu ini takkan berlayar ke mana-mana,
Akan tetap di sini, terikat pada tali.
Sebuah kisah yang tak pernah fana,
Terkubur sunyi, menanti kembali.
Makassar 2023
Kategori : Musikalisasi Puisi (Modern)
Kisah di Balik Puisi...
Puisi ini mengisahkan tentang dilema cinta segitiga melalui metafora perjalanan laut. Tokoh utama adalah sebuah "Kapal" yang terikat oleh "Sauh Janji" (ikatan lama/pernikahan) di satu "Pelabuhan", tetapi diombang-ambingkan oleh "Layar Baru" dan "Angin Hasrat" yang membawanya ke pelabuhan lain. Kisah ini berfokus pada ketidakmampuan untuk melepaskan diri dari janji masa lalu.
Latar belakang kisah ini adalah perasaan terperangkap dalam sumpah setia. Tokoh utama sadar bahwa ia telah melakukan kesalahan besar dengan membiarkan kapal hatinya berlayar terlalu jauh menuju pihak ketiga. Namun, ketika tiba saatnya memilih, ia menyadari bahwa ia tidak mampu "memotong tali sauh" dari ikatan lama. Ia terpaksa "kembali berlabuh" dan menanggung beban sumpah setia.
Inti narasi dalam puisi ini adalah pengorbanan yang dilakukan demi kehormatan janji. Tokoh utama memohon pihak ketiga untuk "Tinggalkan pelabuhan ini tanpa suara," mengakui bahwa ia telah menjadi "lumpur" yang merusak air karena ketidaksetiaannya. Ia memilih untuk tetap di tempat yang sunyi dan terikat, alih-alih berlayar menuju kebahagiaan yang baru.
Pesan utama kisah ini adalah mengenai kekuatan janji yang mengikat, di mana kebahagiaan pribadi harus dikorbankan demi memenuhi sumpah setia. Tokoh utama memilih untuk menjadi kisah yang "Terkubur sunyi," menjalani hidup tanpa gairah, tetapi dengan kehormatan janji yang utuh.
Dilema di Jantung Kota
Dilema di Jantung Kota
Karya : Andi Akbar Muzfa
Di tengah hiruk pikuk kota yang lelah,
Aku berdiri mencari sebuah celah.
Hati terbelah, tak sanggup berpasrah,
Menghitung detik di persimpangan yang salah.
Kau adalah rumah dengan fondasi kuat,
Tempat semua kenangan lama terawat.
Janji pernikahan yang sudah tersemat,
Ikatan abadi yang takkan terjerat.
Dia hadir sebagai badai yang menderu,
Membawa aroma hasrat yang kurindu.
Cahaya baru yang memanggil ragu,
Mengancam semua yang telah kubentuk dahulu.
Kutatap wajah kau dan wajah dia,
Perasaan terbagi, tak bisa kubeda.
Satu memberi damai, satu memberi gairah,
Menuntut aku memilih sebuah muara.
Aku tahu ini adalah kesalahan fatal,
Membiarkan cinta tumbuh tanpa akal.
Kini logika dan nurani bertarung brutal,
Menghancurkan hati hingga tak bertebal.
Namun dinding janji tak bisa kubongkar,
Ikatan masa lalu terlalu melebar.
Meski berat, kuputuskan untuk tegar,
Menjaga yang lama agar tidak tercecar.
Maafkan aku, cinta yang baru kusapa,
Hati tak sanggup mendua tanpa lara.
Kau harus pergi, tinggalkan semua lara,
Menutup kisah ini tanpa ada rupa.
Jantungku kini adalah jam di jantung kota,
Berdetak keras, tetapi tanpa arti.
Setiap irama menyisakan duka,
Memastikan janji harus ditepati.
Semua tawa kini terasa palsu,
Saat bersamamu, jiwaku memburu.
Aku kembali memeluk masa lalu,
Menjalani hidup yang semakin membeku.
Kutatap wajah kau dan wajah dia,
Perasaan terbagi, tak bisa kubeda.
Satu memberi damai, satu memberi gairah,
Menuntut aku memilih sebuah muara.
Biarlah penyesalan ini menjadi saksi,
Tentang satu hati yang tak mampu dibagi.
Aku adalah pengkhianat sejati,
Yang kehilangan diri tanpa henti.
Kau adalah api, dia adalah air tenang,
Aku tak bisa memiliki keduanya seiring.
Pergilah, wahai kisah yang meregang,
Tinggalkan aku dengan hati yang mengering.
Makassar 2023
Kategori : Musikalisasi Puisi (Modern)
Kisah di Balik Puisi...
Puisi ini mengisahkan tentang tekanan sosial dan psikologis yang dihadapi tokoh utama dalam dilema cinta segitiga, yang berlatar belakang lingkungan yang serba cepat dan menuntut (seperti "Jantung Kota"). Inspirasi utama kisah ini adalah pertarungan antara Logika/Kewajiban (diwakili oleh 'Dia,' sang rumah dengan fondasi kuat) dan Emosi/Hasrat (diwakili oleh 'Kau,' sang badai yang menderu).
Latar belakang kisah ini adalah konflik internal yang ekstrem. Tokoh utama mengakui bahwa ia melakukan "kesalahan fatal" karena membiarkan hasrat baru berkembang, sehingga kini nurani dan logika bertarung secara "brutal" di dalam dirinya. Ia merasakan dirinya terbelah di persimpangan yang salah. Akhirnya, ia membuat keputusan yang didasari oleh tanggung jawab, yaitu menjaga "Dinding janji" dan "Ikatan masa lalu" agar tidak hancur.
Inti narasi dalam puisi ini adalah tindakan penolakan yang dipaksakan. Meskipun hatinya ingin bersama 'Kau,' ia memaksa 'Kau' pergi, menutup kisah ini agar tidak ada lagi lara. Konsekuensinya, ia harus hidup dalam kebekuan ("Jantungku kini adalah jam di jantung kota") secara lahiriah ia bersama pasangannya, tetapi secara batin ia sepi dan beku.
Pesan utama kisah ini adalah mengenai tanggung jawab yang mengalahkan hasrat. Tokoh utama menyadari bahwa ia telah menjadi "pengkhianat sejati" bagi dirinya sendiri karena kehilangan kesempatan untuk meraih kebahagiaan baru demi mempertahankan ikatan lama.
Cinta di Dua Muara
Cinta di Dua Muara
Karya : Andi Akbar Muzfa
Di persimpangan hati, aku berdiri,
Membawa janji, membawa nyeri.
Satu sisi adalah tempatku berlabuh diri,
Satu sisi adalah hasrat yang tak terhindari.
Kau telah menjadi bingkai masa lalu,
Tempat cerita kita mulai menyatu.
Ikatan suci yang takkan pernah beku,
Tersimpan abadi di relung hatiku.
Namun dia datang membawa suara baru,
Membakar sunyi yang lama kurindu.
Gairah tiba-tiba menyerang tanpa ragu,
Mengguncang janji yang telah kubentuk dahulu.
Aku mencintai kau, juga mencintai dia,
Rasa ini terbagi, tak sanggup kubela.
Pikiran meronta, jiwa terasa hampa,
Dilema ini menuntut sebuah rupa.
Aku mencoba mencari seribu dalih,
Membohongi mata, membohongi yang perih.
Meskipun hatiku sudah berdarah letih,
Kesalahan ini tak bisa dipilih.
Aku tak mampu meninggalkan dia kini,
Meskipun hasratku sangat ingin menanti.
Sebab janji telah terukir di batas sunyi,
Membuat semua terasa mati.
Maka sekali lagi, maafkanlah aku,
Karena hati ini telah menjeratmu.
Kini kau harus menjauh dariku,
Menyisakan duka yang takkan sembuh.
Cinta kita ibarat sungai yang terbagi,
Mengalir deras ke dua muara yang berbeda.
Mencari ujung yang tak pernah kembali,
Menghilang di lautan rahasia.
Aku kembali pada lingkaran yang sama,
Menutup hati pada gejolak yang membara.
Wajah tersenyum, hati penuh lara,
Menjalani takdir tanpa adanya cahaya.
Aku mencintai kau, juga mencintai dia,
Rasa ini terbagi, tak sanggup kubela.
Pikiran meronta, jiwa terasa hampa,
Dilema ini menuntut sebuah rupa.
Biarlah waktu menjadi saksi bisu,
Tentang luka yang tak pernah terhapus.
Kesalahan ini akan selalu memburu,
Menjadikan diriku semakin kurus.
Pergilah, cari pelabuhan yang lain saja,
Aku adalah pulau yang tak boleh disinggahi.
Sebab hati ini telah menjadi duka,
Sebuah kisah yang tak pernah usai.
Makassar 2023
Kategori : Musikalisasi Puisi (Modern)
Kisah di Balik Puisi...
Puisi ini mengisahkan tentang dilema klasik dalam cinta segitiga, di mana sang tokoh utama secara tulus mencintai 'Dia' (pasangan lama/sah) dan 'Kau' (pihak ketiga/hasrat baru). Inspirasi utama kisah ini adalah perasaan tokoh yang terbagi dua, yang dilambangkan sebagai air yang mengalir ke "Dua Muara yang Berbeda." Sang tokoh merasakan bahwa tidak peduli pilihan apa pun yang diambil, rasa sakit dan kehilangan pasti terjadi, karena ia harus melepaskan sebagian dari dirinya.
Latar belakang kisah ini adalah perjuangan antara komitmen dan hasrat. Tokoh utama menyadari bahwa ikatan lama dengan 'Dia' adalah fondasi yang sudah ia bangun, meskipun kehadiran 'Kau' membawa gairah yang lama hilang. Keputusan yang diambil sangatlah berat: Ia memilih untuk kembali pada komitmen awal ("Aku tak mampu meninggalkan dia kini") bukan karena cinta pada 'Dia' lebih besar, tetapi karena rasa tanggung jawab dan janji yang sudah terukir.
Inti narasi dalam puisi ini adalah penyesalan atas luka yang ditimbulkan. Setelah membuat keputusan yang menyakitkan, tokoh utama harus meminta maaf kepada 'Kau' dan meminta 'Kau' pergi. Rasa bersalah ini tidak akan hilang, melainkan akan selalu "memburu" dirinya. Ia memandang dirinya sebagai "pulau yang tak boleh disinggahi" karena ia telah terkontaminasi oleh dilema tersebut.
Pesan utama kisah ini adalah mengenai cinta yang tidak bisa dibagi. Keputusan untuk kembali pada satu pihak adalah tindakan yang mematikan sebagian dari dirinya sendiri, dan ia harus menjalani sisa hidupnya dalam penyesalan yang membeku.
Rabu, 10 Desember 2025
Gedung Tanpa Pondasi
Gedung Tanpa Pondasi
Karya : Andi Akbar Muzfa
Keputusan, cairan keras di ruang uji,
Menggantung sunyi, dua tabung bimbang.
Tangan tak memilih, waktu segera pergi,
Kehangatan menempel di sudut yang kelam.
Jantung, struktur baja yang terasa lentur,
Tekanan batin memecah semua rusuk.
Pikiran, asam pekat segera meluncur,
Mencari keadilan yang terus membusuk.
Wajah, topeng pualam tanpa ekspresi,
Mempertahankan bentuk di suhu dingin.
Raga terpasung di antara dimensi,
Menolak suara duka yang terdengar nyaring.
Kami, dua reaktor yang saling berdekatan,
Suhu mendidih tanpa pernah bertemu.
Luka adalah kertas yang penuh catatan,
Hanya tersisa dilema yang semakin beku.
Di bawah fondasi gedung yang tak terawat,
Kunci tersembunyi menuju ruang bawah tanah.
Langkah memecah kabut, ketegangan terawat,
Permintaan pengakuan tanpa ada yang punah.
Cinta, sebuah kabel telanjang yang terkelupas,
Mengalirkan arus hasrat yang sangat berbahaya.
Kami adalah ingatan yang tak pernah lepas,
Menjelma janji tanpa adanya cahaya.
Mata air kristal beku, memanjang lambat,
Dibekukan suhu oleh keputusan yang fana.
Jiwa terjerat simpul yang sangat lebat,
Menyentuh satu, melepaskan yang lain raba.
Sentuhan dingin waktu tanpa ada suara,
Kebenaran menusuk tulang sangat menusuk.
Dilema, bahan kimia yang terus membara,
Berdetak sunyi dalam ruangan busuk.
Makassar 2023
Kategori : Puisi Kontemporer - Surealisme Metaforis
Kisah di Balik Puisi ...
Puisi ini mengisahkan tentang hubungan cinta segitiga yang dirasakan sebagai struktur yang sangat tidak stabil dan berbahaya. Inspirasi utama puisi ini berasal dari perasaan bahwa emosi telah menjadi objek yang kaku dan tidak bernyawa seperti "struktur baja yang terasa lentur" dan harus diuji dalam situasi berisiko, seperti "Dua reaktor yang saling berdekatan."
Latar belakang kisah ini adalah rasa trauma dan ketidakpercayaan. Tokoh utama merasa dicintai adalah sesuatu yang berbahaya, seperti disentuh "kabel telanjang yang terkelupas." Ia melihat dirinya bukan sebagai subjek yang mencintai, melainkan sebagai objek yang mengalami reaksi kimia, di mana tekanan batin "memecah semua rusuk."
Inti narasi dalam puisi ini adalah penerimaan atas konsekuensi kehancuran. Tokoh utama tahu bahwa pondasi hubungannya telah rusak, dan dilema ini hanyalah "bahan kimia yang terus membara." Ia pasrah bahwa meskipun ada keputusan, hasilnya akan tetap menyisakan luka yang mendalam.
Pesan utama kisah ini adalah mengenai cinta yang bersifat merusak diri sendiri, di mana kejujuran dan kebahagiaan sejati telah hilang, menyisakan kekejaman dingin di ruangan yang telah busuk.






